SELAMAT DATANG DI BLOG AMIR ...

Minggu, 11 Oktober 2015

LAPORAN PRATIKUM PENGUKURAN SUHU




Cianjur, 15 september 2015

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sapi perah adalah jenis sapi yang dapat menghasilkan air susu melebihi dari kebutuhan anaknya dan merupakan salah-satu dari ternak perah yang mampu merubah makanan menjadi air susu yang sangat bermanfaat bagi anak-anaknya maupun bagi manusia .
Dalam pemeliharaan sapi perah, sapi perah memerlukan kondisi kandang dan lingkungan yang sesuai untuk memaksimalkan produksinya. iklim merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh langsung terhadap ternak juga berpengaruh tidak langsung melalui pengaruhnya terhadap faktor lingkungan yang lain.
Selain itu berbeda dengan faktor lingkungan yang lain seperti pakan dan kesehatan, iklim tidak dapat diatur atau dikuasai sepenuhnya oleh manusia. Untuk memperoleh produktivitas ternak yang efisien, manusia harus “menyesuaikan“ dengan iklim setempat. Daerah dengan kondisi musim yang ekstrim, dengan curah hujan rendah secara relatif dan musim kering yang panjang adalah salah satu permasalahan dalam lingkungan beriklim tropis seperti. Meskipun curah hujan keseluruhan berkisar antara 254 sampai 508 mm, hujan dapat turun lebih lebat meskipun kejadian itu sangat jarang. Iklim yang ada diberbagai daerah tidaklah sama, melainkan bervariasi tergantung dari faktor-faktor yang tak dapat dikendalikan (tetap) seperti letak daerah dari ekuator, distribusi daratan dan air, tanah dan topografinya, ketinggian tempat dan faktor-faktor tidak tetap (variabel) seperti aliran air laut, angin, curah hujan, drainase dan vegetasi.
 Sehingga dalam  pemeliharaan sapi perah perlu memperhatikan lingkungan sekitar kandang atau menganalisisnya, sebelum membuat kandang dan saat agribisnis peternakan tersebut sudah berjalan dan berkembang.
Dalam praktikum ini kami mengidentifikasi kondisi lingkungan di sekitar kandang peternakan sapi di AGRIPET PPPPTK/VEDCA Cianjur apakah sesuai dengan standar pemeliharaan sapi perah atau tidak berikut ini kami uraikan.

1.2 Tujuan pratikum

Adapun tujuan dilakukannya pratikum ini adalah sebagai berikut :
·         Untuk mengetahui  iklim mikro yang terdapat di kandang
·         Untuk mngetahui iklim mikro yang tepat untuk sapi perah di kandang
·         Untuk mengetahui pengaruh iklim mikro terhadap ternak sapi perah di kandang
·         Untuk mengetahui akibat dari iklim mikro yang tidak cocok terhadap ternak sapi perah



1..3 Manfaat pratikum

Adapun manfaat di lakukannya pratikum ini adalah sebagai berikut :
·         Mahasiswa di harapkan mampu mnganalisis iklim mikro yang tepat untuk sapi perah di kandang
·         Mahasiswa diharapkan mampu memanajemen  atau memodifikasi iklim mikro yang tepat untuk sapi perah
·         Mahasiswa di harapkan mampu memberikan solusi untukpermasalahan lingkungan terhadap ternak


















BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Iklim

Iklim adalah merupakan kombinasi dari suhu, kelembaban udara, kecepatan angin,penyinaran,curah hujan,kecepatan  angin,tekanan udara,dan debu. Iklim juga merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh langsung terhadap ternak dan juga berpengaruh tidak langsung melalui pengaruhnya terhadap faktor lingkungan yang lain.
Menurut Williamson dan Payne, (1968); Mc Dowell, (1980) dan Sastry dkk., (1982). mengatakan Iklim adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban,presipitasi, angin, penyinaran, tekanan udara dan ionisasi. selain itu juga Crowder dan Cheda ( 1982 ) mengatakan bahwa didaerah tropik unsur utama pembentuk iklim adalah kelembaban, suhu udara, penyinaran serta angin.
Faktor-faktor iklim tersebut rmerupakan hal yang memiliki pengaruh terhadap produktivitas sapi perah, namun suhu dan kelembaban udara adalah faktor  yang sangat berpengaruh besar dan  senantiasa di lakukan analisisnya pada saat penentuan lokasi pembangunan peternakan.
Suhu  dan  kelembaban  udara  merupakan  dua  faktor  cuaca atau iklim  yang mempengaruhi  produksi  sapi  perah, karena  dapat  menyebabkan  perubahan keseimbangan panas dalam tubuh ternak, keseimbangan air, keseimbangan energi dan keseimbangan tingkah laku ternak (Hafez, 1968; Esmay, 1978).
  •  Temperature lingkungan ( suhu )
Temperatur lingkungan adalah ukuran dari intensitas panas dalam unit standar dan biasanya diekspresikan dalam skala derajat celsius (Yousef dalam Sientje, 2003). Secara umum, temperatur udara adalah faktor bioklimat tunggal yang penting dalam lingkungan fisik ternak. Supaya ternak dapat hidup nyaman dan proses fisiologi dapat berfungsi normal, dibutuhkan temperatur lingkungan yang sesuai. Banyak species ternak membutuhkan temperatur nyaman 13 – 18 oC (Chantalakhana dan Skunmun, dalam Sientje, 2003) atau Temperature Humidity Index (THI) < 72 (Davidson, et al. dalam Sientje, 2003).
Setiap hewan mempunyai kisaran temperatur lingkungan yang paling sesuai yang disebut Comfort Zone. Temperatur lingkungan yang paling sesuai bagi kehidupan ternak di daerah tropik adalah 10°C-27°C (50°F-80°F). Sedangkan keadaan lingkungan yang ideal untuk ternak di daerah sub tropis (sapi perah) adalah pada temperatur antara 30°F-60°F dan dengan kelembaban rendah. Selain itu, sapi FH maupun PFH memerlukan persyaratan iklim dengan ketinggian tempat ± 1000 m dari permukaan laut, suhu berkisar antara 15°- 21°C dan kelembaban udaranya diatas 55 persen. Kenaikan temperatur udara di atas 60°F relatif mempunyai sedikit efek terhadap produksi.
  • KelembabanLingkungan
Kelembaban adalah jumlah uap air dalam udara. Kelembaban udara penting, karena mempengaruhi kecepatan kehilangan panas dari ternak. Kelembaban dapat menjadi kontrol dari evaporasi kehilangan panas melalui kulit dan saluran pernafasan (Chantalakhana dan Skunmun dalam Sientje, 2003).
Kelembaban biasanya diekspresikan sebagai kelembaban relatif (Relative Humidity = RH) dalam persentase yaitu ratio dari mol persen fraksi uap air dalam volume udara terhadap mol persen fraksi kejenuhan udara pada temperatur dan tekanan yang sama (Yousef dalam Sientje, 2003). Pada saat kelembaban tinggi, evaporasi terjadi secara lambat, kehilangan panas terbatas dan dengan demikian mempengaruhi keseimbangan termal ternak (Chantalakhana dan Skunmun dalam Sientje, 2003).
 Kemudian Mcdowell (1980) mengatakan untuk memperoleh lingkungan yang cocok bagi sapi perah maka kelembaban udara relative haruslah berada diatara 55 – 65 persen dengan kecepatan angina 5 – 8 km perjam dan tingkat penyinaran seperti penyinaran pada musim semi dan musim rontok didaerah iklim sedang. Lebih lanjut dinyatakan pula bahwa umumnya temperature, kelembaban dan penyinaran didaerah tropic lebih tinggi dari keadaan normal tersebut

  • Akibat dari kritisnya temperature dan kelembaban udara
Sastry dkk. (1982) mengatakan bahwa suhu yang tinggi mengakibatkan meningkatnya suhu rektal, menurunnya intake pakan, meningkatnya konsumsi air, menurunnya produksi susu serta menurunnya laju pertumbuhan.
Webster dan Wilson (1980) mengatakan bahwa bila suhu lingkungan berada di atas atau di bawah comfort zone untuk mempertahankan suhu tubuhnya ternak akan mengurangi atau meningkatkan laju metabolisme. Williamson dan Payne (1968) menjelaskan, pada sapi tropik yang dipelihara pada suhu lingkungan di atas 27°C mekanisme pengaturan panas aktif dan laju pernafasan dan penguapan meningkat.
Williamson dan Payne (1968) menjelaskan rendahnya pertumbuhan dari sapi yang dipelihara di lingkungan suhu yang tinggi.









BAB III PEMBAHASAN

3.1 Peralatan dan bahan pratikum

No
Peralatan
Bahan
1
Hydrometer
Lingkungan Kandang
2
Termometer

3
Alat tulis dan buku

3.2 Metode Pratikum

         Metode pratikum dengan di lakukan pengukuran secara rutinitas setiap hari  dengan frekuensi 3 kali sehari. Pengukuran di lakukan pada jam 06:00, 12:00, 17:00. Sebelum menulis hasil pengukuran sebaiknya thermometer atau hydrometer dalam keadaan hasil pengukuran temperature atau kelembaban yang sudah stabil.

3.3 Hasil Pratikum

         Hasil pratikum yang di lakukan di dapat temperature dan kelembaban udara di dalam kandang adlah sebagai berikut :
No
Tgl
Jam
Rata-Rata per hari

06.0


12.00

17.00
T (0C)
H (%)
T
(0C)
H
 (%)
T (0C)
H
 (%)
Suhu
(0C)
Kelembaban
(%)
1
20




30
63
30
63
2
21
25
83
33
53
31
63
29,6
66,3
3
22
23
83
30
58
31
67
28
69,3
4
23
22
85
32
55
31
68
28,3
69,3
5
24
25
80
33
52
30
67
29,3
66,3
6
25
24
80
31
57
32
68
29
68,3
7
26
23
80
32
56
30
64
28,3
66,6

8
27
24
78
30
58
31
68
28,3
68
9
28
22
85
31
59
31
67
28
70,3
10
29
23
83
30
53
31
69
28
68,3
11
30
23
83,5
31
54
31
63
28,3
66,8
12
31
23,5
81
32
54
31
68
28,8
67,6
13
01
22
87
33
52
32
59
29
66
14
02
23
82
30
57
33
60
28,6
66,3

15
03
23,5
80
33
50
32
59
29,5
63
16
04
22
82
32
53
32
67
28,6
67,3
17
05
24
85
33
54
31
67
29,3
68,6
18
06
23,5
83
31
50
32
56
28,3
63
19
07
22
81
34
56
33
59
29,6
65,3
20
08
23
83
33
53
30
60
28,3
65,3
Rata-rata
23,18
82,34
31,73
54,42
31,25
64,1
28,66
64,6

3.4 Pembahasan


            Dari hasil pengamatan yang dilakukan kita dapat melakukan analisis kelembaban udara dan temperature, untuk kesesuaiannya ( cocok/tidak ) lingkungan di departemen peternakan  untuk di lakukan pemeliharaan sapi perah.

Ø  Temperature dan kelembaban udara
Suhu  dan kelembaban yang telah di check di kandang peternakan vedca selama 3 minggu berturut-turut adalah :
·         Suhu rata-rata di pagi hari jam 06.00 adalah 23,18 0C dengan rata-rata kadar kelembaban 82,34 %.
·         Suhu rata-rata di siang hari jam 12.00 adalah 31,73 0C dengan rata-rata kadar kelembaban 54,42 %.
·         Suhu rata-rata di sore hari jam 17.00 adalah 31,25 0C dengan rata-rata kadar kelembaban 64,1 %.
Dengan rata-rata suhu perharinya 28,66 0C dengan kelembaban perharinya 64,6 %.

            Sedangkan temperature dan kelembaban yang tepat untuk  sapi perah, menurut McDowell (1974) untuk kehidupan dan produksinya, ternak memerlukan suhu lingkungan yang optimum. Zona termonetral suhu nyaman untuk sapi perah berkisar
17 – 21ºC ( Hafez, 1968); 13 – 18ºC (McDowell, 1972); 4 – 25ºC (Yousef, 1985), 5 – 25ºC (Jones & Stallings, 1999).
Temperature dan kelembaban udara tersebut kurang cocok untuk sapi perah, hal ini karena untuk menghasil produktivitas yang efesien dan optimal di perlukan kesesuaian dalam hal tersebut. Hal ini sesuai dengan menurut Yani, ahmad ( 2007 ) Sapi perah Fries Holland (FH) sangat peka terhadap perubahan iklim mikro terutama suhu dan kelembaban udara. Pada lokasi yang memiliki suhu tinggi dan kelembaban udara yang tidak mendukung, sapi perah akan mengalami cekaman panas yang berakibat pada menurunnya produktivitas.
            Melihat keadaan temperature dan kelembaban udara yang tidak cocok tersebut produksi dari sapi perah tidak akan optimal, karena secara otomatis akan terjadi banyak   perubahan seperti : perubahan keseimbangan panas dalam tubuh ternak, keseimbangan air, keseimbangan energi dan keseimbangan tingkah laku ternak (Hafez, 1968; Esmay, 1978).
         Perubahan –perubahan  saat sapi mengalami cengkraman suhu dan kelembaban yang tidak cocok ( terlalu panas), secara umum yang dapat kita perhatikan, yaitu :
  •  Sapi mengalami stess dengan merasa gelisah/meminum air
  •  Produksi susu yang turun secara signifikan.
  •  Terjadinya penurunan feedintake
  • Konsumsi dan efesiensi pakan yan g tidak sesuai dengan kebutuhan hidup pokok dan produksi sapi
  • Terjadinya peningkatan atau penurunan aktivitas dari respirasi, jantung, metabolisme.

         Solusi atau strategi yang dapat kita lakukan untuk menghadapi permasalahn cengkraman suhu tinggi dan kelembaban yang tidak cocok dapat di lakukan dengan stres panas harus di tangani dengan serius, agar tidak memberikan pengaruh negatif yang lebih besar. beberapa  strategi yang di gunakan untuk mengurangi stress panas dan telah memberikan hasil positif adalah :

  • Perbaikan sumber pakan/ransum, dalam hal ini keseimbangan energi, protein, mineral dan vitamin
  • Perbaikan genetik untuk mendapatkan breed yang tahan panas
  • Perbaikan konstruksi kandang, pemberian naungan pohon dan mengkontinyu kan suplai air
  •  Penggunaan modifikasi, penyemprotan air dan penggunaan kipas angin serta kombinasinya












BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan keadaan suhu dan kelembaban diatas dapat disimpulkan bahwa
  •  Suhu dan kelembaban tersebut sangat tidak cocok untuk dijadikan peternakan sapi perah pada umumnya.
  •  Suhu dan kelembaban yang terlalu tinggi membuat sapi perah mudah stres, dehidrasi sehingga produksi tidak akan maksimal.
  •   Iklim mikro ini dapat di siasati dengan cara menanam pohon di sekitar kandang, membuat atap dari rumbia pada peternakan kecil atau memakai atap spandex pada peternakan besar karena tipe atap ini tidak menyerap panas sehingga suhu didalam kandang tidak terlalu tinggi.
  •  Pada lingkungan agripet, sapi dapat hidup dan berkembang biak secara normal namun produktivitasnyalah yang menglami penurunan , dan tidak optimal.

4.2 Saran

            Adapun saran yang dapat kami berikan adalah sebagai berikut
  •   Dalam perencanaan usaha peternakan keadaan lingkungan sekitar harus di perhatikan sehingga mendapatkan lokasi kandang yang sesuai untuk mendukung produksi susu yang tinggi pada sapi perah.
  •   Lakukanlah berbagai modifikasi untuk menghadapi berbagai permasahan lingkungan sekitar. Seperti : tinggi kandang, atap kandang, kipas, arah kandang, dan lainnya



















DAFTAR PUSTAKA


http://be-ef.blogspot.com/2011/10/pengaruh-lingkungan-terhadap-fisiologis.html
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/4156
http://www.alatuji.com/article/detail/117/waspada-pengaruh-suhu-dan-kelembaban-udara-terhadap-sapi#.VfA-Wm7nHIV



























Tidak ada komentar:

Posting Komentar