Cianjur, 15 september 2015
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sapi perah adalah jenis sapi
yang dapat menghasilkan air susu melebihi dari kebutuhan anaknya dan merupakan
salah-satu dari ternak perah yang mampu merubah makanan menjadi air susu yang
sangat bermanfaat bagi anak-anaknya maupun bagi manusia .
Dalam pemeliharaan sapi
perah, sapi perah memerlukan kondisi kandang dan lingkungan yang sesuai untuk
memaksimalkan produksinya. iklim merupakan salah satu faktor lingkungan yang
berpengaruh langsung terhadap ternak juga berpengaruh tidak langsung melalui
pengaruhnya terhadap faktor lingkungan yang lain.
Selain itu berbeda dengan
faktor lingkungan yang lain seperti pakan dan kesehatan, iklim tidak dapat
diatur atau dikuasai sepenuhnya oleh manusia. Untuk memperoleh produktivitas
ternak yang efisien, manusia harus “menyesuaikan“ dengan iklim setempat. Daerah
dengan kondisi musim yang ekstrim, dengan curah hujan rendah secara relatif dan
musim kering yang panjang adalah salah satu permasalahan dalam lingkungan
beriklim tropis seperti. Meskipun curah hujan keseluruhan berkisar antara 254
sampai 508 mm, hujan dapat turun lebih lebat meskipun kejadian itu sangat
jarang. Iklim yang ada diberbagai daerah tidaklah sama, melainkan bervariasi
tergantung dari faktor-faktor yang tak dapat dikendalikan (tetap) seperti letak
daerah dari ekuator, distribusi daratan dan air, tanah dan topografinya,
ketinggian tempat dan faktor-faktor tidak tetap (variabel) seperti aliran air
laut, angin, curah hujan, drainase dan vegetasi.
Sehingga dalam pemeliharaan sapi perah perlu memperhatikan
lingkungan sekitar kandang atau menganalisisnya, sebelum membuat kandang dan
saat agribisnis peternakan tersebut sudah berjalan dan berkembang.
Dalam praktikum ini kami
mengidentifikasi kondisi lingkungan di sekitar kandang peternakan sapi di
AGRIPET PPPPTK/VEDCA Cianjur apakah sesuai dengan standar pemeliharaan sapi
perah atau tidak berikut ini kami uraikan.
1.2 Tujuan pratikum
Adapun
tujuan dilakukannya pratikum ini adalah sebagai berikut :
·
Untuk mengetahui iklim mikro yang terdapat di kandang
·
Untuk mngetahui iklim mikro yang tepat untuk
sapi perah di kandang
·
Untuk mengetahui pengaruh iklim mikro
terhadap ternak sapi perah di kandang
·
Untuk mengetahui akibat dari iklim mikro yang
tidak cocok terhadap ternak sapi perah
1..3 Manfaat pratikum
Adapun
manfaat di lakukannya pratikum ini adalah sebagai berikut :
·
Mahasiswa di harapkan mampu mnganalisis iklim
mikro yang tepat untuk sapi perah di kandang
·
Mahasiswa diharapkan mampu memanajemen atau memodifikasi iklim mikro yang tepat
untuk sapi perah
·
Mahasiswa di harapkan mampu memberikan solusi
untukpermasalahan lingkungan terhadap ternak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Iklim
Iklim adalah merupakan kombinasi dari suhu, kelembaban
udara, kecepatan angin,penyinaran,curah hujan,kecepatan angin,tekanan
udara,dan debu. Iklim juga merupakan salah satu faktor lingkungan yang
berpengaruh langsung terhadap ternak dan juga berpengaruh tidak langsung
melalui pengaruhnya terhadap faktor lingkungan yang lain.
Menurut Williamson dan Payne, (1968);
Mc Dowell, (1980) dan Sastry dkk., (1982). mengatakan Iklim adalah kombinasi
dari suhu udara, kelembaban,presipitasi, angin, penyinaran, tekanan udara dan
ionisasi. selain itu juga Crowder dan Cheda ( 1982 ) mengatakan bahwa didaerah
tropik unsur utama pembentuk iklim adalah kelembaban, suhu udara, penyinaran
serta angin.
Faktor-faktor iklim tersebut rmerupakan
hal yang memiliki pengaruh terhadap produktivitas sapi perah, namun suhu dan
kelembaban udara adalah faktor yang
sangat berpengaruh besar dan senantiasa
di lakukan analisisnya pada saat penentuan lokasi pembangunan peternakan.
Suhu dan
kelembaban udara merupakan dua faktor cuaca atau
iklim yang mempengaruhi produksi sapi perah,
karena dapat menyebabkan perubahan keseimbangan panas dalam
tubuh ternak, keseimbangan air, keseimbangan energi dan keseimbangan tingkah
laku ternak (Hafez, 1968; Esmay, 1978).
- Temperature lingkungan ( suhu )
Temperatur
lingkungan adalah ukuran dari intensitas panas dalam unit standar dan biasanya diekspresikan
dalam skala derajat celsius (Yousef dalam Sientje, 2003). Secara umum,
temperatur udara adalah faktor bioklimat tunggal yang penting dalam lingkungan
fisik ternak. Supaya ternak dapat hidup nyaman dan proses fisiologi dapat
berfungsi normal, dibutuhkan temperatur lingkungan yang sesuai. Banyak species
ternak membutuhkan temperatur nyaman 13 – 18 oC (Chantalakhana dan
Skunmun, dalam Sientje, 2003) atau Temperature Humidity Index (THI) < 72
(Davidson, et al. dalam Sientje, 2003).
Setiap hewan mempunyai kisaran
temperatur lingkungan yang paling sesuai yang disebut Comfort Zone. Temperatur
lingkungan yang paling sesuai bagi kehidupan ternak di daerah tropik adalah
10°C-27°C (50°F-80°F). Sedangkan keadaan lingkungan yang ideal untuk ternak di
daerah sub tropis (sapi perah) adalah pada temperatur antara 30°F-60°F dan
dengan kelembaban rendah. Selain itu, sapi FH maupun PFH memerlukan persyaratan
iklim dengan ketinggian tempat ± 1000 m dari permukaan laut, suhu berkisar
antara 15°- 21°C dan kelembaban udaranya diatas 55 persen. Kenaikan temperatur
udara di atas 60°F relatif mempunyai sedikit efek terhadap produksi.
- KelembabanLingkungan
Kelembaban
adalah jumlah uap air dalam udara. Kelembaban udara penting, karena
mempengaruhi kecepatan kehilangan panas dari ternak. Kelembaban dapat menjadi
kontrol dari evaporasi kehilangan panas melalui kulit dan saluran pernafasan
(Chantalakhana dan Skunmun dalam
Sientje, 2003).
Kelembaban biasanya diekspresikan sebagai kelembaban
relatif (Relative Humidity = RH) dalam persentase yaitu ratio dari mol persen
fraksi uap air dalam volume udara terhadap mol persen fraksi kejenuhan udara
pada temperatur dan tekanan yang sama (Yousef dalam Sientje, 2003). Pada saat
kelembaban tinggi, evaporasi terjadi secara lambat, kehilangan panas terbatas
dan dengan demikian mempengaruhi keseimbangan termal ternak (Chantalakhana dan
Skunmun dalam Sientje, 2003).
Kemudian Mcdowell (1980) mengatakan untuk
memperoleh lingkungan yang cocok bagi sapi perah maka kelembaban udara relative
haruslah berada diatara 55 – 65 persen dengan kecepatan angina 5 – 8 km perjam
dan tingkat penyinaran seperti penyinaran pada musim semi dan musim rontok
didaerah iklim sedang. Lebih lanjut dinyatakan pula bahwa umumnya temperature,
kelembaban dan penyinaran didaerah tropic lebih tinggi dari keadaan normal
tersebut
- Akibat dari kritisnya temperature dan kelembaban udara
Sastry dkk. (1982) mengatakan bahwa suhu yang tinggi mengakibatkan
meningkatnya suhu rektal, menurunnya intake pakan, meningkatnya konsumsi air,
menurunnya produksi susu serta menurunnya laju pertumbuhan.
Webster dan Wilson (1980) mengatakan bahwa bila suhu lingkungan berada di
atas atau di bawah comfort zone untuk mempertahankan suhu tubuhnya ternak akan
mengurangi atau meningkatkan laju metabolisme. Williamson dan Payne (1968)
menjelaskan, pada sapi tropik yang dipelihara pada suhu lingkungan di atas 27°C
mekanisme pengaturan panas aktif dan laju pernafasan dan penguapan meningkat.
Williamson dan Payne (1968) menjelaskan rendahnya
pertumbuhan dari sapi yang dipelihara di lingkungan suhu yang tinggi.
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Peralatan dan bahan pratikum
No
|
Peralatan
|
Bahan
|
1
|
Hydrometer
|
Lingkungan Kandang
|
2
|
Termometer
|
|
3
|
Alat tulis dan buku
|
3.2 Metode Pratikum
Metode pratikum dengan di lakukan
pengukuran secara rutinitas setiap hari
dengan frekuensi 3 kali sehari. Pengukuran di lakukan pada jam 06:00,
12:00, 17:00. Sebelum menulis hasil pengukuran sebaiknya thermometer atau
hydrometer dalam keadaan hasil pengukuran temperature atau kelembaban yang
sudah stabil.
3.3 Hasil Pratikum
Hasil pratikum yang di lakukan di dapat
temperature dan kelembaban udara di dalam kandang adlah sebagai berikut :
No
|
Tgl
|
Jam
|
Rata-Rata per hari
|
||||||
06.0
|
12.00
|
17.00
|
|||||||
T (0C)
|
H (%)
|
T
(0C)
|
H
(%)
|
T (0C)
|
H
(%)
|
Suhu
(0C)
|
Kelembaban
(%)
|
||
1
|
20
|
30
|
63
|
30
|
63
|
||||
2
|
21
|
25
|
83
|
33
|
53
|
31
|
63
|
29,6
|
66,3
|
3
|
22
|
23
|
83
|
30
|
58
|
31
|
67
|
28
|
69,3
|
4
|
23
|
22
|
85
|
32
|
55
|
31
|
68
|
28,3
|
69,3
|
5
|
24
|
25
|
80
|
33
|
52
|
30
|
67
|
29,3
|
66,3
|
6
|
25
|
24
|
80
|
31
|
57
|
32
|
68
|
29
|
68,3
|
7
|
26
|
23
|
80
|
32
|
56
|
30
|
64
|
28,3
|
66,6
|
8
|
27
|
24
|
78
|
30
|
58
|
31
|
68
|
28,3
|
68
|
9
|
28
|
22
|
85
|
31
|
59
|
31
|
67
|
28
|
70,3
|
10
|
29
|
23
|
83
|
30
|
53
|
31
|
69
|
28
|
68,3
|
11
|
30
|
23
|
83,5
|
31
|
54
|
31
|
63
|
28,3
|
66,8
|
12
|
31
|
23,5
|
81
|
32
|
54
|
31
|
68
|
28,8
|
67,6
|
13
|
01
|
22
|
87
|
33
|
52
|
32
|
59
|
29
|
66
|
14
|
02
|
23
|
82
|
30
|
57
|
33
|
60
|
28,6
|
66,3
|
15
|
03
|
23,5
|
80
|
33
|
50
|
32
|
59
|
29,5
|
63
|
16
|
04
|
22
|
82
|
32
|
53
|
32
|
67
|
28,6
|
67,3
|
17
|
05
|
24
|
85
|
33
|
54
|
31
|
67
|
29,3
|
68,6
|
18
|
06
|
23,5
|
83
|
31
|
50
|
32
|
56
|
28,3
|
63
|
19
|
07
|
22
|
81
|
34
|
56
|
33
|
59
|
29,6
|
65,3
|
20
|
08
|
23
|
83
|
33
|
53
|
30
|
60
|
28,3
|
65,3
|
Rata-rata
|
23,18
|
82,34
|
31,73
|
54,42
|
31,25
|
64,1
|
28,66
|
64,6
|
3.4 Pembahasan
Dari
hasil pengamatan yang dilakukan kita dapat melakukan analisis kelembaban udara
dan temperature, untuk kesesuaiannya ( cocok/tidak ) lingkungan di departemen
peternakan untuk di lakukan pemeliharaan
sapi perah.
Ø Temperature dan kelembaban udara
Suhu
dan kelembaban yang telah di check di
kandang peternakan vedca selama 3 minggu berturut-turut adalah :
·
Suhu rata-rata di pagi hari jam 06.00 adalah
23,18 0C dengan rata-rata kadar kelembaban 82,34 %.
·
Suhu rata-rata di siang hari jam 12.00 adalah
31,73 0C dengan rata-rata kadar kelembaban 54,42 %.
·
Suhu rata-rata di sore hari jam 17.00 adalah
31,25 0C dengan rata-rata kadar kelembaban 64,1 %.
Dengan
rata-rata suhu perharinya 28,66 0C dengan kelembaban perharinya 64,6
%.
Sedangkan temperature dan kelembaban
yang tepat untuk sapi perah, menurut
McDowell (1974) untuk kehidupan dan produksinya, ternak memerlukan suhu
lingkungan yang optimum. Zona termonetral suhu nyaman untuk sapi perah berkisar
17 –
21ºC ( Hafez, 1968); 13 – 18ºC (McDowell, 1972); 4 – 25ºC (Yousef, 1985), 5 –
25ºC (Jones & Stallings, 1999).
Temperature
dan kelembaban udara tersebut kurang cocok untuk sapi perah, hal ini karena
untuk menghasil produktivitas yang efesien dan optimal di perlukan kesesuaian
dalam hal tersebut. Hal ini sesuai dengan menurut Yani, ahmad ( 2007 ) Sapi
perah Fries Holland (FH) sangat peka terhadap perubahan iklim mikro terutama
suhu dan kelembaban udara. Pada lokasi yang memiliki suhu tinggi dan kelembaban
udara yang tidak mendukung, sapi perah akan mengalami cekaman panas yang
berakibat pada menurunnya produktivitas.
Melihat keadaan temperature dan
kelembaban udara yang tidak cocok tersebut produksi dari sapi perah tidak akan
optimal, karena secara otomatis akan terjadi banyak perubahan seperti : perubahan keseimbangan
panas dalam tubuh ternak, keseimbangan air, keseimbangan energi dan
keseimbangan tingkah laku ternak (Hafez, 1968; Esmay, 1978).
Perubahan –perubahan saat sapi mengalami cengkraman suhu dan
kelembaban yang tidak cocok ( terlalu panas), secara umum yang dapat kita
perhatikan, yaitu :
- Sapi mengalami stess dengan merasa gelisah/meminum air
- Produksi susu yang turun secara signifikan.
- Terjadinya penurunan feedintake
- Konsumsi dan efesiensi pakan yan g tidak sesuai dengan kebutuhan hidup pokok dan produksi sapi
- Terjadinya peningkatan atau penurunan aktivitas dari respirasi, jantung, metabolisme.
Solusi atau strategi yang dapat kita
lakukan untuk menghadapi permasalahn cengkraman suhu tinggi dan kelembaban yang
tidak cocok dapat di lakukan dengan stres panas harus di tangani dengan serius, agar tidak memberikan pengaruh negatif yang lebih besar. beberapa strategi yang di gunakan untuk mengurangi stress panas dan telah memberikan hasil positif adalah :
- Perbaikan sumber pakan/ransum, dalam hal ini keseimbangan energi, protein, mineral dan vitamin
- Perbaikan genetik untuk mendapatkan breed yang tahan panas
- Perbaikan konstruksi kandang, pemberian naungan pohon dan mengkontinyu kan suplai air
- Penggunaan modifikasi, penyemprotan air dan penggunaan kipas angin serta kombinasinya
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan
keadaan suhu dan kelembaban diatas dapat disimpulkan bahwa
- Suhu dan kelembaban tersebut sangat tidak cocok untuk dijadikan peternakan sapi perah pada umumnya.
- Suhu dan kelembaban yang terlalu tinggi membuat sapi perah mudah stres, dehidrasi sehingga produksi tidak akan maksimal.
- Iklim mikro ini dapat di siasati dengan cara menanam pohon di sekitar kandang, membuat atap dari rumbia pada peternakan kecil atau memakai atap spandex pada peternakan besar karena tipe atap ini tidak menyerap panas sehingga suhu didalam kandang tidak terlalu tinggi.
- Pada lingkungan agripet, sapi dapat hidup dan berkembang biak secara normal namun produktivitasnyalah yang menglami penurunan , dan tidak optimal.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan
adalah sebagai berikut
- Dalam perencanaan usaha peternakan keadaan lingkungan sekitar harus di perhatikan sehingga mendapatkan lokasi kandang yang sesuai untuk mendukung produksi susu yang tinggi pada sapi perah.
- Lakukanlah berbagai modifikasi untuk menghadapi berbagai permasahan lingkungan sekitar. Seperti : tinggi kandang, atap kandang, kipas, arah kandang, dan lainnya
DAFTAR PUSTAKA
http://be-ef.blogspot.com/2011/10/pengaruh-lingkungan-terhadap-fisiologis.html
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/4156
http://www.alatuji.com/article/detail/117/waspada-pengaruh-suhu-dan-kelembaban-udara-terhadap-sapi#.VfA-Wm7nHIV
Tidak ada komentar:
Posting Komentar