|
|
|
|
|
DIVISI KERJASAMA
PENDIDIKAN TINGGI
PUSAT PENGEMBANGAN DAN
PEMBERDAYAAN PENDIDIKAN DAN TEENAGA KEPENDIDIKAN PERTANIAN
VEDCA CIANJUR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Hijauan pakan ternak yang umum
diberikan untuk ternak ruminansia adalah rumput-rumputan yang berasal dari
padang penggembalaan atau kebun rumput, tegalan, pematang serta pinggiran
jalan.Hijauan merupakan sumber pakan utama untuk ternak ruminansia (sapi,
kerbau, kambing dan domba). Untuk
meningkatan produksi perlu penyediaan hijauan pakan yang cukup baik kuantitas,
kualitas maupun kontinuitasnya. Ada beberapa
cara pengolahan bahan pakan yang dapat dilakuakan untuk peningkatan kualitas
pakan yang memiliki kecernaan rendah ataupun protein rendah yaitu : silase, fermentasi ataupun amoniasi.
Salah satu
faktor permasalahan pakan ternak yang sering timbul adalah penyediaan bahan
pakan ternak kurang seimbang antara musim kemarau dan musim penghujan. Produksi
hijauan sangat dipengaruhi oleh musim yaitu di musim hujan hijauan pakan ternak
tersedia dengan melimpah, sehingga kebutuhan ternak akan tercukupi. Tetapi
sebaliknya di musim kemarau hijauan pakan ternak sulit didapatkan, sehingga
terjadi kerawanan pakan ternak. Di satu pihak ternak terancam kelaparan di
musim kemarau, sedangkan dilain pihak tersedia potensi yang sangat besar
sebagai cadangan energi untuk ternak ruminansia. Yaitu : limbah pertanian berupa jerami padi, jerami jagung, jerami kacang -
kacangan dan sebagainya.
Potensi fisik jerami yang sangat
besar belum sepenuhnya dimanfaatkan. Pemanfaatan jerami sebagian besar dibakar
(37%) untuk pupuk, dijadikan alas kandang (36%) yang kemudian dijadikan kompos
dan hanya sekitar 15% - 22% yang
digunakan sebagai pakan ternak. Kendala utama penggunaan jerami sebagai bahan
pakan ternak adalah kecernaan (45-50%) dan protein (3-5%) yang rendah.
1.2 Tujuan
dan Manfaat
Adapun
tujuan dan manfaat dari laporan ini adalah sebagai
berikut :
v Mahasiswa/i
dapat mengetahui cara pembuatan fermentasi jerami padi, amoniasi jerami padi
dan silase rumput
v Mahasiswa/i
dapat membuat fermentasi jerami padi, amoniasi jerami padi dan silase rumput.
v Mahasiswa/i
dapat mengaplikasikan pengolahan bahan pakan ternak pada ternak sapi di kehidupan sehari – hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fermentasi Jerami
Selain
proses kimia, degradasi ikatan kimia pada jerami juga bisa dilakukan dengan
fermentasi. Fermentasi adalah suatu cara
pengawetan yang menggunakan mikrobia tertentu untuk menghasilkan asam atau komponen
lainnya yang dapat menghambat mikrobia perusak lainnya. Proses
perombakan dari struktur keras secara fisik, kimia dan biologis sehingga bahan
dari struktur yang komplek menjadi sederhana, dan daya cerna ternak menjadi
Iebih efisien.
Cara
melakukan fermentasi adalah dengan menambahkan bahan yang mengandung mikrobia
proteolitik, lignolitik, selulolitik, lipolitik dan bersifat fiksasi nitrogen
non simbiotik. Mikrobia tersebut kita
kenal dengan sebutan probiotik. Campuran berbagai mikro organisme tersebut
berguna untuk mempercepat proses pemecahan serat jerami padi, sehingga mudah
dicernah oleh ternak.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa komposisi jerami yang telah difermentasi dengan
mikrobia secara umum menunjukkan peningkatan kualitas. Protein meningkat dari 4,23% menjadi 8,14%
dan juga disertai penurunan serat kasar.
Pembuatan
fermentasi jerami dilakukan pada tempat yang terlindung dari hujan dan sinar
matahari langsung. Dimana untuk kapasitas 10 ton dapat dibuat bangunan dengan
ukuran 4 x 5 m. Lantai dasar dapat dibuat dari semen atau tanah yang dipadatkan
dan ditinggikan dari tempat sekitarnya, tanpa dinding. Bahan bangunan
menggunakan kayu atau bambu. Untuk atap dapat berupa seng atau bahan yang
tersedia di tempat. Jarak lantai ke atap 3 m.
Hasil
fermentasi jerami yang baik ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
v
Baunya khas
v
Warnanya kuning agak
kecoklatan
v
Teksturnya lemas(tidak kaku)
v
Tidak busuk dan tidak
berjamur
Fermentasi
bisa juga dipadukan dengan amoniasi. Starter yang digunakan urea dan probiotik.
Jerami yang
telah difermentasi bisa diberikan sebagai pakan kasar bagi ternak sapi 6-8
kg/ekor/hari dengan penambahan
konsentrat 1% dari berat badan ternak. Hasil penelitian di Sulawesi Selatan
menunjukkan bahwa pertambahan berat badan sapi bali yang diberi jerami
fermentasi lebih tinggi dibandingkan sapi yang diberi rumput lapangan.
Berikut ini
adalah nilai gizi dari fermentasi jerami
:
Tabel 1.
Nilai gizi Jerami Antara Proses Fermentasi dengan Proses Biasa
Parameter
|
Jerami Padi
(%/kg BK)
|
|
Tanpa
Fermentasi
|
Fermentasi
|
|
Protein
|
3,5
|
7.0
|
Serat
Kasar
|
80
|
77
|
Daya Cerna
|
28
|
55
|
Sumber:
Blogdetik, 2009
|
|
2.2 Amoniasi
Jerami
Prinsip
amoniasi adalah penggunaan urea sebagai sumber amonia yang dicampurkan dalam
jerami. Amoniasi bisa dilakukan dengan cara basah dan kering.
Cara basah
dengan melarutkan urea ke dalam air, kemudian dicampurkan dengan jerami. Pada
cara kering, urea langsung ditabur ke jerami secara berlapis. Pencampurannya
harus dilakukan dalam kondisi hampa udara (anaerob) dan dibiarkan / disimpan
selama satu bulan.
Urea dalam
proses amoniasi berfungsi untuk menghancurkan ikatan-ikatan lignin, selulosa,
dan silica yang terdapat pada jerami. Sebab, ketiga komponen itu merupakan factor
penyebab rendahnya daya cerna jerami. Amoniasi
dapat meningkatkan kualitas gizi jerami agar dapat bermanfaat bagi ternak.
Proses ini dapat menambah kadar protein kasar dalam jerami. Kadar protein kasar
diperoleh dari amonia yang terdapat dalam urea. Amonia berperan memuaikan serat selulosa. Pemuaian selulosa akan
memudahkan penetrasi enzim selulase dan peresapan nitrogen, sehingga
meningkatkan kandungan protein kasar jerami.
Jerami yang
telah diamoniasi memiliki nilai energi yang lebih besar dibandingkan jerami
yang tidak diamoniasi. Sebab kandungan senyawa karbohidrat yang sederhana
menjadi lebih besar. Amoniasi juga sangat efektif untuk membebaskan jerami dari
kontaminasi mikroorganisme dan menghilangkan aflatoksin yang ada di dalamnya.
2.3 Silase Rumput
Silase
merupakan pengawetan bahan pakan melalui fermentasi yang menghasilkan kadar air
yang tinggi yang biasa digunakan pada hijauan sebagai pakan ruminansia atau
pakan yang berasal dari tanaman serealia yang penggunaannya sebagai biofuel ( Wikipedia,
2008 ).
Pembuatan
silase secara garis besar dibagi menjadi empat fase (Bolsen dan Sapienza,
1993). Pertama adalah fase aerob ini berlangsung dua proses yaitu proses
respirasi dan proses proteolisis, akibat adanya aktivitas enzim yang berada dalam
tanaman tersebut. Proses respirasi secara lengkap menguraikan gula-gula tanaman
menjadi karbondioksida dan air, dengan menggunakan oksigen dan menghasilkan
panas. Kedua adalah fase fermentasi ketika kondisi anaerob tercapai pada bahan
yang diawetkan beberapa proses mulai berlangsung, isi sel tanaman mulai
dirombak. Pada hijauan basah, proses ini berlangsung dalam beberapa jam,
sedangkan pada hijauan kering dapat berlangsung seharian. Ketiga adalah fase
stabil, setelah masa aktif pertumbuhan bakteri penghasil asam laktat berakhir,
maka proses ensilase memasuki fase stabil, hanya sedikit sekali aktivitas
mikroba. Keempat adalah fase pengeluaran silase, oksigen secara bebas akan
mengkontaminasi permukaan silase terbuka.
Stimulan
fermentasi bekerja membantu pertumbuhan bakteri asam laktat sehingga kondisi
asam segera tercapai, contohnya inokulan bakteri yaitu bakteri asam laktat yang
berfungsi untuk meningkatkan populasi bakteri asam laktat dalam bahan pakan,
sedangkan inhibitor fermentasi digunakan untuk menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pembusuk seperti Clostridia sehingga pakan bisa awet,
sebagai contoh yaitu asam-asam organik seperti asam format, propionat dan
laktat. Salah satu penambahan zat aditif sebagai stimulan fermentasi yaitu
dengan bakteri asam laktat seperti lactobacillus plantarum, pledioccus
pentosomonas. Proses silase juga memiliki prinsip yaitu menekan bakteri
yang tidak diinginkan seperti bakteri pembusuk dan meningkatkan jumlah bakteri
yang diharapkan seperti bakteri asam laktat.
Silase yang
baik mempunyai ciri-ciri: warna masih hijau atau kecoklatan, rasa dan bau asam
adalah segar, nilai pH rendah, tekstur masih jelas, tidak menggumpal, tidak
berjamur serta tidak berlendir. Silase memiliki beberapa kelebihan antara lain : (1) ransum lebih awet, (2) memiliki kandungan bakteri
asam laktat yang berperan sebagai probiotik
dan (3) memiliki kandungan asam organik berperan sebagai growth promotor dan penghambat
penyakit. Silase yang baik diperoleh dengan menekan berbagai aktivitas enzim
yang berada dalam bahan baku yang tidak dikehendaki, namun dapat mendorong
berkembangnya bakteri penghasil asam laktat (Bolsen dan Sapienza, 1993).
Kualitas silase dicapai ketika asam laktat sebagai asam yang dominan
diproduksi, menunjukkan fermentasi asam yang efisien dan penurunan pH terjadi
secara cepat. Semakin cepat fermentasi yang terjadi maka semakin banyak nutrisi
yang dikandung silase dapat dipertahankan (Schroeder, 2004). Selain itu faktor
yang mempengaruhi kualitas silase secara umum juga dipaparkan yaitu kematangan
bahan dan kadar air, besar partikel bahan, penyimpanan pada saat ensilase dan
aditif. Kualitas silase juga dipengaruhi oleh 1) karakteristik bahan (kandungan
bahan kering, kapasitas buffer, struktur fisik dan varietas), 2) tata laksana
pembuatan silase (besar partikel, kecepatan pengisian ke silo, kepadatan
pengepakan, dan penyegelan silo), 3) keadaan iklim (suhu dan kelembaban)
(Sapienza dan Bolsen, 1993).
Pemberian
silase pada ternak dilakukan dengan mengeluarkan silase dari silo secara
bertahap pada saat akan diberikan pada ternak. Silase yang telah dikeluarkan harus diangin-anginkan untuk mengurangi bau alkohol hasil fermentasi.
Bahan kering silase juga mempengaruhi konsumsi oleh ternak sehingga diperlukan
keseimbangan antara kebutuhan untuk disimpan dan keperluan makan harian bagi
ternak. Kualitas silase untuk pemberiannya pada ternak harus disesuaikan
keseimbangan kandungan nutrisinya agar dapat
secara efisien memenuhi kebutuhan ternak (Sapienza dan Bolsen, 1993).
BAB III
MATERI DAN
METODE
3.1 Fermentasi jerami
A.1 Alat dan bahan :
Alat dan
bahan yang digunakan dalam praktikum fermentasi jerami adalah :
a) Alat
v
Ember
v
Timbangan
v
Sabit
v
Gudang penyimpanan
b) Bahan:
v
Jerami padi 8 kg
v
Tetes/Molasses 0,016 liter
v
Air 2,8 liter
v
EM4 0,016 liter
v
Dedak 0,056 kg
v
Kantung plastik
v
Tali rapia
A.2 Tahap
Pelaksanaan
Langkah
kerja:
a)
Menyiapkan alat dan bahan
b)
Memastikan alat dan bahan yang akan
digunakan lengkap dan dapat digunakan dengan baik.
c)
Memotong jerami dengan mesin chopper
d)
Menimbang dan menakar setiap bahan
yang akan digunakan sesuai dengan perbandingan dan jumlah pembuatan jerami
fermentasi yang akan difermentasi.
e)
Melarutkan tetes /molases dengnan
air secukupnya, diaduk sampai rata.
f)
Melarutkan EM4 ke dalam larutan air
+ tetes, diaduk sampai rata.
g)
Mencampur larutan EM4 +
tetes/molases + air dengan jerami. Diaduk sampai campuran menjadi homogen.
h)
Kemudian jerami yang sudah tercampur
dengan starter dimasuk kan ke dalam plastik 2 lapis.
i)
Plastik di tali dengan kencang untuk
menghindari masuknya udara ke dalam plastik.
j)
Jerami yang sudah dikemas di
tempatkan di tempat yang tidak terkena hujan dan sinar matahari secara
langsung,
k)
Dibiarkan selama 21 hari
l)
Membersihkan lingkungan, peralatan
dan bahan yang telah di gunakan.
m)
Mengembalikan peralatan dan sisa
bahan ke tempat semula.
n)
Melakukan pengamatan terhadap
perubahan yang terjadi selama proses fermentasi.
3.2 Amoniasi Jerami
B.1 Alat dan
bahan
Alat dan
bahan yang digunakan dalam praktikum fermentasi jerami adalah :
a) Alat
v Ember
v Timbangan
v Sabit
v Gudang
penyimpanan
b) Bahan:
v Jerami padi
8 kg
v Urea 336 gr
v
Kantung plastik
v
Tali rapia
B.2 Tahap
Pelaksanaan
Langkah
kerja:
a)
Menyiapkan alat dan bahan
b)
Memastikan alat dan bahan yang akan
digunakan lengkap dan dapat digunakan dengan baik.
c)
Memotong jerami dengan mesin chopper
d)
Menimbang dan menakar setiap bahan
yang akan digunakan sesuai dengan perbandingan dan jumlah pembuatan jerami
amoniasi.
e)
Jerami di hamparkan dilantai,
kemudian menaburkan urea pada jerami, diratakan hingga urea tercampur rta
dengan jerami.
f)
Kemudian jerami yang sudah tercampur
dengan urea dimasuk kan ke dalam plastik 2 lapis.
g)
Plastik di padatkan sedemekian
hingga dan ditali dengan kencang untuk menghindari masuknya udara ke dalam
plastik.
h)
Jerami yang sudah dikemas di
tempatkan di tempat yang tidak terkena hujan dan sinar matahari secara
langsung,
i)
Dibiarkan selama 21 hari
j)
Membersihkan lingkungan, peralatan
dan bahan yang telah di gunakan.
k)
Mengembalikan peralatan dan sisa
bahan ke tempat semula.
l)
Melakukan pengamatan terhadap
perubahan yang terjadi selama proses amoniasi.
3.3 Silase rumput
C.1 Alat dan
bahan
Alat dan
bahan yang digunakan dalam praktikum silase adalah :
a) Alat
v
Ember
v
Timbangan
v
Sabit
v
Gudang penyimpanan
b) Bahan:
v Rumputi padi
8 kg
v Tetes / molases
280 gr
v Dedak 480 gr
v
Kantung plastik
v
Tali rapia
C.2 Tahap
Pelaksanaan
Langkah
kerja:
a)
Menyiapkan alat dan bahan
b)
Memastikan alat dan bahan yang akan
digunakan lengkap dan dapat digunakan dengan baik.
c)
Memotong jerami dengan mesin chopper
d)
Menimbang dan menakar setiap bahan
yang akan digunakan sesuai dengan perbandingan dan jumlah pembuatan silase.
e)
Jerami di hamparkan dilantai,
kemudian menaburkan dedak dan molases padas rumput dan diratakan.
f)
Kemudian jerami yang sudah tercampur
dengan molases dan dedak dimasuk kan ke dalam plastik 2 lapis.
g)
Plastik di padatkan sedemekian
hingga dan ditali dengan kencang untuk menghindari masuknya udara ke dalam
plastik.
h)
Jerami yang sudah dikemas di
tempatkan di tempat yang tidak terkena hujan dan sinar matahari secara
langsung,
i)
Dibiarkan selama 21 hari
j)
Kemudian setelah 21 hari
lakukan pembongkaran
k)
Membersihkan lingkungan, peralatan
dan bahan yang telah di gunakan.
l)
Mengembalikan peralatan dan sisa
bahan ke tempat semula.
m)
Melakukan pengamatan terhadap
perubahan yang terjadi selama proses amoniasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan pembahasan
a.
Fermentasi jerami
Dalam paraktikum fermentasi jerami
padi di Agribisnis Peternakan Vedca kelompok 3 bahan kimia yang digunakan untuk
fermentasi adalah EM4 sebanyak 0,016 untuk jerami 8 kg. Dimana EM4 berfungsi
sebagai bahan pengurai Selain penggunaan EM4 dalam fermentasi jerami juga
ditambahkan molases. Molases sebagai sumber karbohidrat dapat meningkatkan
palatabilitas ternak terhadap jerami yang difermentasi dan sebagai makanan perkembangan bakteri. Berikut ini adalah hasil pengamatan dari dilakuakannya fermentasi jerami :
kriteria
|
Minggu 1
|
Minggu 2
|
Minggu 3
|
Bau
|
Masam
|
Bau seperti tape
|
Bau seperti tape
|
Tekstur
|
Keras
|
Agak keras
|
Melunak
|
Warna
|
Kuning
|
Kuning kecoklatan
|
Kuning kecoklatan
|
Jamur
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Ciri-ciri hasil fermentasi jerami padi yang baik adalah beraroma harum atau beraroma tape, warna kuning kecoklatan, teksturnya lemas dan tidak berjamur. Hasil praktikum fermentasi jerami padi yang dilakukan berhasil dengan baik dimana ciri- ciri nya sudah seperti yang dianjurkan. Dengan demikian hasil fermentasi jerami padi layak diberikan pada ternak. Sebelum diberikan pada ternak perlu diangin-anginkan selama ± 30 menit dengan tujuan untuk menghilangkan bau amonia yang menyengat.
b. Amoniasi jerami
Adapun
hasil pengamatan ciri-ciri amoniasi jerami dari pratikum pembuatan amoniasi
jerami adala sebagai berikut :
Criteria
|
Minggu 1
|
Minggu 2
|
Minggu 3
|
Bau
|
Jerami dan Urea
|
Amonia
sedang
|
Amonia menyengat
|
Tekstur
|
Keras
|
Agak lunak
|
lunak
|
Warna
|
Kuning jerami
|
Kuning kecoklatan
|
Kuning kecoklatan
|
Jamur
|
Tidak ada
|
Tidaka ada
|
Tidak ada
|
Bau
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa pada minggu ke 2 dan 3 dan amonia menyengat. Urea merupakan
sumber amonia yang menyebabkan bau jerami amoniasi menjadi busuk akibat
pemeraman pada jangka waktu tertentu, selain itu urea menyebabkan bau amonia yang merupakan
hasil reaksi antara urea dengan jerami. ciri amoniasi yang baik, yaitu : bau yang khas amonia. Amonia berperan memuaikan serat
selulosa. Pemuaian selulosa akan memudahkan penetrasi enzim selulase dan
peresapan nitrogen, sehingga meningkatkan kandungan protein kasar jerami padi.
Tekstur
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan tekstur dari
hasil amoniasi pada minggu ke-1 seperti bahan asal, pada minggu ke-2 berubah
menjadi sedikit lunak dan pada minggu ke-3 tekstur menjadi lunak. Perubahan tekstur tersebut
diakibatkan oleh adanya penguraian ikatan serat ( lignin atau selulosa ) pada jerami padi oleh amonia, sehingga tekstur dari
jerami jagung amoniasi berubah dari kasar atau keras menjadi lunak akibat adanya proses amoniasi. Hal
ini sesuai dengan pendapat Sumarsih (2003) yang menyatakan bahwa ciri amoniasi
yang baik yaitu : tekstur berubah menjadi lebih lunak dan kering. Jerami
jagung hasil amoniasi lebih lembut dibandingkan jerami asalnya.
Warna
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil, yaitu : warna pada minggu ke-2 dan minggu ke-3
berwarna kuning kecoklatan. Perubahan warna tersebut akibat adanya penambahan amonia
pada jerami padi
yang diperam pada kondisi anaerob.proses pemeraman ini berpengaruh terhadap jumlah kadar
air, bau, dan warnanya, terutama bila jerami tempatkan di udara
terbuka dan terkena air hujan maka akan terjadi proses pelapukan (dekomposisi).
Jamur
Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan tidak
terdapat jamur pada minggu ke-1 sampai minggu ke-3. Jerami amoniasi tidak
terdapat jamur menunjukkan bahwa pembuatan amoniasi jerami padi tersebut berhasil dan jerami padi amoniasi yang dihasilkan tidak
rusak sehingga layak untuk diberikan pada ternak. Berdasarkan referensi manfaat amoniasi adalah
meningkatkan NH3 pada cairan rumen, memberikan bahan nitrogen yang
positif, menghambat pertumbuhan jamur, dan memusnahkannya.
c. silase rumput
adapun hasil pengamatan ciri-ciri silase rumput dari pratikum pembuatan
silase
rumput adalah sebagi berikut :
Kriteria
|
Minggu 1
|
Minggu 2
|
`Minggu
3
|
Karakteristik
|
Karakteristik
|
Karakteristik
|
|
Bau
|
Asam
|
Agak busuk
|
Busuk
|
Tekstur
|
Masih seperti bahan asal
|
Sedang
|
Lunak busuk
|
Warna
|
Hijau
|
Seperti daun direbus
|
Kuning kecoklatan
|
Jamur
|
Tidak
ada
|
Sedikit
|
Banyak
|
Bau
Berdasarkan praktikum pengujian bau diperoleh bahwa pada
minggu ke-2 dan 3 berbau busuk. Hal ini
tidak sesuai karena
seharusnya baunya tidak
busuk. Bau busuk
pada proses ensilase terjadi karena masih terdapat oksigen saat
pemadatan hijauan dalam silo (plastic) sehinga dapat mengganggu proses dan
hasil yang diperoleh. Hal ini sesuai dengan pendapat referensi yang menyatakan bahwa oksigen dalam
proses ensilase dapat mempengaruhi
proses dan hasil yang diperoleh karena proses respirasi hijauan akan tetap berlangsung selama
masih tersedia oksigen. Respirasi tersebut dapat meningkatkan kehilangan bahan
kering, menganggu proses ensilase, menghilangkan nutrisi dan kestabilan silase.
Tekstur
Berdasarkan hasil pengamatan
terhadap tektur silase diketahui bahwa pada minggu ke-1, ke-2 dan ke-3 teksturnya lunak
membusuk, namun seharusnya seperti bahan asal namun agak lunak. Karena proses
ensilase adalah proses pengawetan sehingga hasil awetan yang berhasil harus
mempunyai tekstur yang sama dengan bahan asal.
Warna
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil bahwa warna
silase pada minggu ke-1, ke-2, ke-3 warnanya hijau pucat seperti daun direbus dan pada minggu ke-3 memiliki warna kekuningan
kecoklatan
seperti daun direbus. Warna kekuningan pada
silase yang terjadi dikarenakan kandungan kadar air dalam rumput yang
dimampatkan dalam suasana anaerob sehingga tidak terjadi proses fotosintesis
dan menyebabkan warna menjadi hijau pucat atau kekuningan. Perubahan warna yang terjadi pada
tanaman yang mengalami proses ensilase yang
disebabkan proses respirasi aerobik yang berlangsung selama persediaan
oksigen masih ada, sampai gula tanaman
habis.
Jamur
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan pada minggu ke-2, dan 3 ada banyak
jamur. Hal ini disebabkan karena
kurangnya pemadatan hijauan dalam plastik sehingga udara
dapat masuk menyebabkan timbulnya jamur. Hal ini karena kualitas silase yang baik dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti : asal atau jenis hijauan, temperatur penyimpanan,
tingkat pelayuan sebelum pembuatan silase, tingkat kematangan atau fase pertumbuhan
tanaman, bahan pengawet, panjang pemotongan, dan kepadatan hijauan dalam silo.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami ambil
dari pratikum ini adalah sebagai berikut
:
v
Pada fermentasi jerami proses
yang paling penting adalah proses respirasi , untuk mendapatkan fermentasi
jerami yang baik dan tepat
v
Pada amoniasi jerami ada
beberapa hal yang harus di jaga agar proses amoniasi jerami terjadi secara baik
, yaitu : pemadatan jerami, penaburan urea harus secara merata, kelembaban
susu, harus dalam keadaan anaerob
v
Pada silase rumput terjadi
beberapa fase dalam pembuatannya yaitu : Fase respirasi, fase proteolisis, fase
stabil dan fase pengeluaran silase
5.2 Saran
. adapun saran yang dapat
kami berikan adalah sebagi berikut :
v
Pada proses pemadatan jerami
dan rumput harus dilakukan dengan benar-benar dan tepat untuk mencegah maasih
adanya oksigen
v
Seabiknya dalam pratikum
selanjutnya mahasiswa harus lebih teliti dalam melakukan pengamatan
DAFTAR PUSTAKA
http://manyangdeni.wordpress.com/2012/08/10/laporan-praktikum-fermentasi-jerami-padi/
Blogdetik. 2009. Fermentasi Jerami Alternatif Makanan
Sapi di Gunung Kidul. http://dakwah.blogdetik.com/2009/06/04/fermantasi-jerami-alternatif-makanan-sapi-di-gunungkidul/
Blogspot.
2010. Fermentasi Jerami Sebagai Pakan Ternak. http://penyuluhngajum
.blogspot.com/2010/08/fermentasi-jerami-sebagai-pakan-ternak_26.htm
Google. TT.
Fermentasi Jerami Padi Yang Baik. http://www.
google. co. id/ search?q=ciri-ciri+fermentasi+jerami+ padi+yang +baik
&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&channel=fflb
Litbang
Sumbar. TT. Fermentasi Jerami Untuk Pakan Sapi. http://sumbar .litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=192:fermentasi-jerami-untuk-pakan-sapi&catid=1:info-teknologi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar