SELAMAT DATANG DI BLOG AMIR ...

Minggu, 11 Oktober 2015

LAPORAN PRATIKUM PENGOLAHAN BAHAN PAKAN











DIVISI KERJASAMA PENDIDIKAN TINGGI
PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIKAN DAN TEENAGA KEPENDIDIKAN PERTANIAN
VEDCA CIANJUR
2014







BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Hijauan pakan ternak yang umum diberikan untuk ternak ruminansia adalah rumput-rumputan yang berasal dari padang penggembalaan atau kebun rumput, tegalan, pematang serta pinggiran jalan.Hijauan merupakan sumber pakan utama untuk ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba). Untuk meningkatan produksi perlu penyediaan hijauan pakan yang cukup baik kuantitas, kualitas maupun kontinuitasnya. Ada beberapa cara pengolahan bahan pakan yang dapat dilakuakan untuk peningkatan kualitas pakan yang memiliki kecernaan rendah ataupun protein rendah yaitu :  silase, fermentasi ataupun amoniasi.
Salah satu faktor permasalahan pakan ternak yang sering timbul adalah penyediaan bahan pakan ternak kurang seimbang antara musim kemarau dan musim penghujan. Produksi hijauan sangat dipengaruhi oleh musim yaitu di musim hujan hijauan pakan ternak tersedia dengan melimpah, sehingga kebutuhan ternak akan tercukupi. Tetapi sebaliknya di musim kemarau hijauan pakan ternak sulit didapatkan, sehingga terjadi kerawanan pakan ternak. Di satu pihak ternak terancam kelaparan di musim kemarau, sedangkan dilain pihak tersedia potensi yang sangat besar sebagai cadangan energi untuk ternak ruminansia. Yaitu : limbah pertanian berupa jerami padi, jerami jagung, jerami kacang - kacangan dan sebagainya.
Potensi fisik jerami yang sangat besar belum sepenuhnya dimanfaatkan. Pemanfaatan jerami sebagian besar dibakar (37%) untuk pupuk, dijadikan alas kandang (36%) yang kemudian dijadikan kompos dan hanya sekitar 15% - 22% yang digunakan sebagai pakan ternak. Kendala utama penggunaan jerami sebagai bahan pakan ternak adalah kecernaan (45-50%) dan protein (3-5%) yang rendah.

1.2 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat dari laporan ini  adalah sebagai berikut :
v  Mahasiswa/i dapat mengetahui cara pembuatan fermentasi jerami padi, amoniasi jerami padi dan silase rumput
v  Mahasiswa/i dapat membuat fermentasi jerami padi, amoniasi jerami padi dan silase rumput.
v  Mahasiswa/i dapat mengaplikasikan pengolahan bahan pakan ternak  pada ternak sapi di kehidupan sehari – hari.









BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fermentasi Jerami

Selain proses kimia, degradasi ikatan kimia pada jerami juga bisa dilakukan dengan fermentasi.  Fermentasi adalah suatu cara pengawetan yang menggunakan mikrobia tertentu untuk menghasilkan asam atau komponen lainnya yang dapat menghambat mikrobia perusak lainnya. Proses perombakan dari struktur keras secara fisik, kimia dan biologis sehingga bahan dari struktur yang komplek menjadi sederhana, dan daya cerna ternak menjadi Iebih efisien.
Cara melakukan fermentasi adalah dengan menambahkan bahan yang mengandung mikrobia proteolitik, lignolitik, selulolitik, lipolitik dan bersifat fiksasi nitrogen non simbiotik.  Mikrobia tersebut kita kenal dengan sebutan probiotik. Campuran berbagai mikro organisme tersebut berguna untuk mempercepat proses pemecahan serat jerami padi, sehingga mudah dicernah oleh ternak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi jerami yang telah difermentasi dengan mikrobia secara umum menunjukkan peningkatan kualitas.  Protein meningkat dari 4,23% menjadi 8,14% dan juga disertai penurunan serat kasar.
Pembuatan fermentasi jerami dilakukan pada tempat yang terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung. Dimana untuk kapasitas 10 ton dapat dibuat bangunan dengan ukuran 4 x 5 m. Lantai dasar dapat dibuat dari semen atau tanah yang dipadatkan dan ditinggikan dari tempat sekitarnya, tanpa dinding. Bahan bangunan menggunakan kayu atau bambu. Untuk atap dapat berupa seng atau bahan yang tersedia di tempat. Jarak lantai ke atap 3 m.
Hasil fermentasi jerami yang baik ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
v  Baunya khas
v  Warnanya kuning agak kecoklatan
v  Teksturnya lemas(tidak kaku)
v  Tidak busuk dan tidak berjamur 
Fermentasi bisa juga dipadukan dengan amoniasi. Starter yang digunakan  urea dan probiotik.
Jerami yang telah difermentasi bisa diberikan sebagai pakan kasar bagi ternak sapi 6-8 kg/ekor/hari  dengan penambahan konsentrat 1% dari berat badan ternak. Hasil penelitian di Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa pertambahan berat badan sapi bali yang diberi jerami fermentasi lebih tinggi dibandingkan sapi yang diberi rumput lapangan.






Berikut ini adalah nilai gizi dari fermentasi jerami  :

Tabel 1. Nilai gizi Jerami Antara Proses Fermentasi dengan Proses Biasa
Parameter
Jerami Padi (%/kg BK)
Tanpa Fermentasi
Fermentasi
Protein
3,5
7.0
Serat Kasar
80
77
Daya Cerna
28
55
Sumber: Blogdetik, 2009




2.2 Amoniasi Jerami
Prinsip amoniasi adalah penggunaan urea sebagai sumber amonia yang dicampurkan dalam jerami. Amoniasi bisa dilakukan dengan cara basah dan kering.
Cara basah dengan melarutkan urea ke dalam air, kemudian dicampurkan dengan jerami. Pada cara kering, urea langsung ditabur ke jerami secara berlapis. Pencampurannya harus dilakukan dalam kondisi hampa udara (anaerob) dan dibiarkan / disimpan selama satu bulan.
Urea dalam proses amoniasi berfungsi untuk menghancurkan ikatan-ikatan lignin, selulosa, dan silica yang terdapat pada jerami. Sebab, ketiga komponen itu merupakan factor penyebab rendahnya daya cerna jerami. Amoniasi dapat meningkatkan kualitas gizi jerami agar dapat bermanfaat bagi ternak. Proses ini dapat menambah kadar protein kasar dalam jerami. Kadar protein kasar diperoleh dari amonia yang terdapat dalam urea. Amonia berperan memuaikan serat selulosa.  Pemuaian selulosa akan memudahkan penetrasi enzim selulase dan peresapan nitrogen, sehingga meningkatkan kandungan protein kasar jerami.
Jerami yang telah diamoniasi memiliki nilai energi yang lebih besar dibandingkan jerami yang tidak diamoniasi. Sebab kandungan senyawa karbohidrat yang sederhana menjadi lebih besar. Amoniasi juga sangat efektif untuk membebaskan jerami dari kontaminasi mikroorganisme dan menghilangkan aflatoksin yang ada di dalamnya.
2.3 Silase Rumput
Silase merupakan pengawetan bahan pakan melalui fermentasi yang menghasilkan kadar air yang tinggi yang biasa digunakan pada hijauan sebagai pakan ruminansia atau pakan yang berasal dari tanaman serealia yang penggunaannya sebagai biofuel ( Wikipedia, 2008 ).
Pembuatan silase secara garis besar dibagi menjadi empat fase (Bolsen dan Sapienza, 1993). Pertama adalah fase aerob ini berlangsung dua proses yaitu proses respirasi dan proses proteolisis, akibat adanya aktivitas enzim yang berada dalam tanaman tersebut. Proses respirasi secara lengkap menguraikan gula-gula tanaman menjadi karbondioksida dan air, dengan menggunakan oksigen dan menghasilkan panas. Kedua adalah fase fermentasi ketika kondisi anaerob tercapai pada bahan yang diawetkan beberapa proses mulai berlangsung, isi sel tanaman mulai dirombak. Pada hijauan basah, proses ini berlangsung dalam beberapa jam, sedangkan pada hijauan kering dapat berlangsung seharian. Ketiga adalah fase stabil, setelah masa aktif pertumbuhan bakteri penghasil asam laktat berakhir, maka proses ensilase memasuki fase stabil, hanya sedikit sekali aktivitas mikroba. Keempat adalah fase pengeluaran silase, oksigen secara bebas akan mengkontaminasi permukaan silase terbuka.
Stimulan fermentasi bekerja membantu pertumbuhan bakteri asam laktat sehingga kondisi asam segera tercapai, contohnya inokulan bakteri yaitu bakteri asam laktat yang berfungsi untuk meningkatkan populasi bakteri asam laktat dalam bahan pakan, sedangkan inhibitor fermentasi digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk seperti Clostridia sehingga pakan bisa awet, sebagai contoh yaitu asam-asam organik seperti asam format, propionat dan laktat. Salah satu penambahan zat aditif sebagai stimulan fermentasi yaitu dengan bakteri asam laktat seperti lactobacillus plantarum, pledioccus pentosomonas. Proses silase juga memiliki prinsip yaitu menekan bakteri yang tidak diinginkan seperti bakteri pembusuk dan meningkatkan jumlah bakteri yang diharapkan seperti bakteri asam laktat.
Silase yang baik mempunyai ciri-ciri: warna masih hijau atau kecoklatan, rasa dan bau asam adalah segar, nilai pH rendah, tekstur masih jelas, tidak menggumpal, tidak berjamur serta tidak berlendir. Silase memiliki beberapa kelebihan antara lain : (1) ransum lebih awet, (2) memiliki kandungan bakteri asam laktat yang berperan sebagai probiotik dan (3) memiliki kandungan asam organik berperan sebagai growth promotor dan penghambat penyakit. Silase yang baik diperoleh dengan menekan berbagai aktivitas enzim yang berada dalam bahan baku yang tidak dikehendaki, namun dapat mendorong berkembangnya bakteri penghasil asam laktat  (Bolsen dan Sapienza, 1993). Kualitas silase dicapai ketika asam laktat sebagai asam yang dominan diproduksi, menunjukkan fermentasi asam yang efisien dan penurunan pH terjadi secara cepat. Semakin cepat fermentasi yang terjadi maka semakin banyak nutrisi yang dikandung silase dapat dipertahankan (Schroeder, 2004). Selain itu faktor yang mempengaruhi kualitas silase secara umum juga dipaparkan yaitu kematangan bahan dan kadar air, besar partikel bahan, penyimpanan pada saat ensilase dan aditif. Kualitas silase juga dipengaruhi oleh 1) karakteristik bahan (kandungan bahan kering, kapasitas buffer, struktur fisik dan varietas), 2) tata laksana pembuatan silase (besar partikel, kecepatan pengisian ke silo, kepadatan pengepakan, dan penyegelan silo), 3) keadaan iklim (suhu dan kelembaban) (Sapienza dan Bolsen, 1993).
Pemberian silase pada ternak dilakukan dengan mengeluarkan silase dari silo secara bertahap pada saat akan diberikan pada ternak. Silase yang telah dikeluarkan harus diangin-anginkan untuk mengurangi bau alkohol hasil fermentasi. Bahan kering silase juga mempengaruhi konsumsi oleh ternak sehingga diperlukan keseimbangan antara kebutuhan untuk disimpan dan keperluan makan harian bagi ternak. Kualitas silase untuk pemberiannya pada ternak harus disesuaikan keseimbangan kandungan nutrisinya agar dapat secara efisien memenuhi kebutuhan ternak (Sapienza dan Bolsen, 1993).







































BAB III
MATERI DAN METODE

3.1 Fermentasi jerami
A.1 Alat dan bahan :
          Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum fermentasi jerami adalah :
a)    Alat
v  Ember
v  Timbangan
v  Sabit
v  Gudang penyimpanan

b)    Bahan:
v  Jerami padi 8 kg
v  Tetes/Molasses 0,016 liter
v  Air 2,8 liter
v  EM4 0,016 liter
v  Dedak 0,056 kg
v  Kantung plastik
v  Tali rapia


A.2 Tahap Pelaksanaan
Langkah kerja:      
a)      Menyiapkan alat dan bahan
b)      Memastikan alat dan bahan yang akan digunakan lengkap dan dapat digunakan dengan baik.
c)      Memotong jerami dengan mesin chopper
d)     Menimbang dan menakar setiap bahan yang akan digunakan sesuai dengan perbandingan dan jumlah pembuatan jerami fermentasi yang akan difermentasi.
e)      Melarutkan tetes /molases dengnan air secukupnya, diaduk sampai rata.
f)       Melarutkan EM4 ke dalam larutan air + tetes, diaduk sampai rata.
g)      Mencampur larutan EM4 + tetes/molases + air dengan jerami. Diaduk sampai campuran menjadi homogen.
h)      Kemudian jerami yang sudah tercampur dengan starter dimasuk kan ke dalam plastik 2 lapis.
i)        Plastik di tali dengan kencang untuk menghindari masuknya udara ke dalam plastik.
j)        Jerami yang sudah dikemas di tempatkan di tempat yang tidak terkena hujan dan sinar matahari secara langsung,
k)      Dibiarkan selama 21 hari
l)        Membersihkan lingkungan, peralatan dan bahan yang telah di gunakan.
m)    Mengembalikan peralatan dan sisa bahan ke tempat semula.
n)      Melakukan pengamatan terhadap perubahan yang terjadi selama proses fermentasi.
3.2 Amoniasi Jerami
B.1 Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum fermentasi jerami adalah :
a)    Alat
v Ember
v Timbangan
v Sabit
v Gudang penyimpanan

b)    Bahan:
v  Jerami padi 8 kg
v  Urea 336 gr
v  Kantung plastik
v  Tali rapia

B.2 Tahap Pelaksanaan
Langkah kerja:
a)      Menyiapkan alat dan bahan
b)      Memastikan alat dan bahan yang akan digunakan lengkap dan dapat digunakan dengan baik.
c)      Memotong jerami dengan mesin chopper
d)     Menimbang dan menakar setiap bahan yang akan digunakan sesuai dengan perbandingan dan jumlah pembuatan jerami amoniasi.
e)      Jerami di hamparkan dilantai, kemudian menaburkan urea pada jerami, diratakan hingga urea tercampur rta dengan jerami.
f)       Kemudian jerami yang sudah tercampur dengan urea dimasuk kan ke dalam plastik 2 lapis.
g)      Plastik di padatkan sedemekian hingga dan ditali dengan kencang untuk menghindari masuknya udara ke dalam plastik.
h)      Jerami yang sudah dikemas di tempatkan di tempat yang tidak terkena hujan dan sinar matahari secara langsung,
i)        Dibiarkan selama 21 hari
j)        Membersihkan lingkungan, peralatan dan bahan yang telah di gunakan.
k)      Mengembalikan peralatan dan sisa bahan ke tempat semula.
l)        Melakukan pengamatan terhadap perubahan yang terjadi selama proses amoniasi.

3.3 Silase rumput
C.1 Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum silase adalah :
a)    Alat
v  Ember
v  Timbangan
v  Sabit
v  Gudang penyimpanan
b)    Bahan:
v  Rumputi padi 8 kg
v  Tetes / molases 280 gr
v  Dedak 480 gr
v  Kantung plastik
v  Tali rapia
                                                     
C.2 Tahap Pelaksanaan
Langkah kerja:
a)      Menyiapkan alat dan bahan
b)      Memastikan alat dan bahan yang akan digunakan lengkap dan dapat digunakan dengan baik.
c)      Memotong jerami dengan mesin chopper
d)     Menimbang dan menakar setiap bahan yang akan digunakan sesuai dengan perbandingan dan jumlah pembuatan silase.
e)      Jerami di hamparkan dilantai, kemudian menaburkan dedak dan molases padas rumput dan diratakan.
f)       Kemudian jerami yang sudah tercampur dengan molases dan dedak dimasuk kan ke dalam plastik 2 lapis.
g)      Plastik di padatkan sedemekian hingga dan ditali dengan kencang untuk menghindari masuknya udara ke dalam plastik.
h)      Jerami yang sudah dikemas di tempatkan di tempat yang tidak terkena hujan dan sinar matahari secara langsung,
i)        Dibiarkan selama 21 hari
j)        Kemudian setelah 21 hari lakukan pembongkaran
k)      Membersihkan lingkungan, peralatan dan bahan yang telah di gunakan.
l)        Mengembalikan peralatan dan sisa bahan ke tempat semula.
m)    Melakukan pengamatan terhadap perubahan yang terjadi selama proses amoniasi.

















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan pembahasan

a.      Fermentasi jerami

            Dalam paraktikum fermentasi jerami padi di Agribisnis Peternakan Vedca kelompok 3 bahan kimia yang digunakan untuk fermentasi adalah EM4 sebanyak 0,016 untuk jerami 8 kg. Dimana EM4 berfungsi sebagai bahan pengurai Selain penggunaan EM4 dalam fermentasi jerami juga ditambahkan molases. Molases sebagai sumber karbohidrat dapat meningkatkan palatabilitas ternak terhadap jerami yang difermentasi dan sebagai makanan perkembangan bakteri. Berikut ini adalah hasil pengamatan dari dilakuakannya fermentasi jerami :
kriteria
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Bau
Masam
Bau seperti tape
Bau seperti tape
Tekstur
Keras
Agak keras
Melunak
Warna
Kuning
Kuning kecoklatan
Kuning kecoklatan
Jamur
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada


Ciri-ciri hasil fermentasi jerami padi yang baik adalah beraroma harum atau beraroma tape, warna kuning kecoklatan, teksturnya lemas dan tidak berjamur
. Hasil praktikum fermentasi jerami padi yang dilakukan berhasil dengan baik dimana ciri- ciri nya sudah seperti yang dianjurkan. Dengan demikian hasil fermentasi jerami padi layak diberikan pada ternak. Sebelum diberikan pada ternak perlu diangin-anginkan selama ± 30 menit dengan tujuan untuk menghilangkan bau amonia yang menyengat.

b.      Amoniasi jerami
            Adapun hasil pengamatan ciri-ciri amoniasi jerami dari pratikum pembuatan amoniasi jerami adala sebagai berikut :
Criteria
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Bau
 Jerami dan Urea
Amonia sedang
Amonia menyengat
Tekstur
Keras
Agak lunak
lunak
Warna
Kuning jerami
Kuning kecoklatan
Kuning kecoklatan
Jamur
Tidak ada
Tidaka ada
Tidak ada

Bau
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa pada  minggu ke 2 dan 3  dan amonia menyengat. Urea merupakan sumber amonia yang menyebabkan bau jerami amoniasi menjadi busuk akibat pemeraman pada jangka waktu tertentu, selain itu urea menyebabkan bau amonia yang merupakan hasil reaksi antara urea dengan jerami. ciri amoniasi yang baik, yaitu : bau yang khas amonia. Amonia berperan memuaikan serat selulosa. Pemuaian selulosa akan memudahkan penetrasi enzim selulase dan peresapan nitrogen, sehingga meningkatkan kandungan protein kasar jerami padi.

Tekstur
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan tekstur dari hasil amoniasi pada minggu ke-1 seperti bahan asal, pada minggu ke-2 berubah menjadi sedikit lunak dan pada minggu ke-3 tekstur menjadi lunak. Perubahan tekstur tersebut diakibatkan oleh adanya penguraian ikatan serat ( lignin atau selulosa ) pada jerami padi oleh amonia, sehingga tekstur dari jerami jagung amoniasi berubah dari kasar atau keras menjadi lunak akibat adanya proses amoniasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumarsih (2003) yang menyatakan bahwa ciri amoniasi yang baik yaitu : tekstur berubah menjadi lebih lunak dan kering. Jerami jagung hasil amoniasi lebih lembut dibandingkan jerami asalnya.

Warna
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil, yaitu : warna pada minggu ke-2 dan minggu ke-3 berwarna kuning kecoklatan. Perubahan warna tersebut akibat adanya penambahan amonia pada jerami padi yang diperam pada kondisi anaerob.proses pemeraman ini berpengaruh terhadap jumlah kadar air, bau, dan warnanya, terutama bila jerami tempatkan di udara terbuka dan terkena air hujan maka akan terjadi proses pelapukan (dekomposisi).

Jamur
Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan tidak terdapat jamur pada minggu ke-1 sampai minggu ke-3. Jerami amoniasi tidak terdapat jamur menunjukkan bahwa pembuatan amoniasi  jerami padi tersebut berhasil dan jerami padi amoniasi yang dihasilkan tidak rusak sehingga layak untuk diberikan pada ternak. Berdasarkan referensi manfaat amoniasi adalah meningkatkan NH3 pada cairan rumen, memberikan bahan nitrogen yang positif, menghambat pertumbuhan jamur, dan memusnahkannya.

c.       silase rumput
adapun hasil pengamatan ciri-ciri silase rumput dari pratikum pembuatan silase
rumput adalah sebagi berikut :
Kriteria
Minggu 1
Minggu 2
`Minggu 3

Karakteristik
Karakteristik
Karakteristik
Bau
Asam
Agak busuk
Busuk
Tekstur
Masih seperti bahan asal
Sedang
      Lunak busuk
Warna
Hijau
Seperti daun direbus
Kuning kecoklatan
Jamur
Tidak ada
Sedikit
Banyak

Bau
Berdasarkan praktikum pengujian bau diperoleh bahwa pada minggu ke-2 dan 3 berbau busuk. Hal ini  tidak sesuai  karena seharusnya baunya tidak busuk. Bau busuk pada proses ensilase terjadi karena masih terdapat oksigen  saat  pemadatan hijauan dalam silo (plastic) sehinga dapat mengganggu proses dan hasil yang diperoleh. Hal ini sesuai dengan pendapat referensi yang menyatakan bahwa oksigen dalam proses ensilase dapat   mempengaruhi proses dan hasil yang diperoleh karena proses respirasi hijauan akan tetap berlangsung selama masih tersedia oksigen. Respirasi tersebut dapat meningkatkan kehilangan bahan kering, menganggu proses ensilase, menghilangkan nutrisi dan kestabilan silase.

Tekstur
            Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tektur silase diketahui bahwa pada minggu ke-1,  ke-2 dan ke-3 teksturnya lunak membusuk, namun seharusnya seperti bahan asal namun agak lunak. Karena proses ensilase adalah proses pengawetan sehingga hasil awetan yang berhasil harus mempunyai tekstur yang sama dengan bahan asal.

Warna
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil bahwa warna silase pada minggu ke-1, ke-2, ke-3 warnanya hijau pucat seperti daun direbus dan pada minggu ke-3 memiliki warna kekuningan kecoklatan seperti daun direbus. Warna kekuningan  pada silase yang terjadi dikarenakan kandungan kadar air dalam rumput yang dimampatkan dalam suasana anaerob sehingga tidak terjadi proses fotosintesis dan menyebabkan warna menjadi hijau pucat atau kekuningan. Perubahan warna yang terjadi pada tanaman yang mengalami proses ensilase yang  disebabkan proses respirasi aerobik yang berlangsung selama persediaan oksigen masih ada, sampai gula tanaman  habis.

Jamur
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan  pada minggu ke-2, dan 3 ada banyak  jamur. Hal ini  disebabkan karena kurangnya pemadatan hijauan dalam plastik sehingga  udara  dapat masuk menyebabkan timbulnya jamur. Hal ini karena kualitas  silase yang baik dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : asal atau jenis hijauan, temperatur penyimpanan, tingkat pelayuan sebelum pembuatan silase, tingkat kematangan atau fase pertumbuhan tanaman, bahan pengawet, panjang pemotongan, dan kepadatan hijauan dalam silo.








BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
            Kesimpulan  yang dapat kami ambil dari pratikum ini adalah sebagai berikut :
v  Pada fermentasi jerami proses yang paling penting adalah proses respirasi , untuk mendapatkan fermentasi jerami yang baik dan tepat
v  Pada amoniasi jerami ada beberapa hal yang harus di jaga agar proses amoniasi jerami terjadi secara baik , yaitu : pemadatan jerami, penaburan urea harus secara merata, kelembaban susu, harus dalam keadaan anaerob
v  Pada silase rumput terjadi beberapa fase dalam pembuatannya yaitu : Fase respirasi, fase proteolisis, fase stabil dan fase pengeluaran silase
5.2 Saran
.           adapun saran yang dapat kami berikan adalah sebagi berikut :
v  Pada proses pemadatan jerami dan rumput harus dilakukan dengan benar-benar dan tepat untuk mencegah maasih adanya oksigen
v  Seabiknya dalam pratikum selanjutnya mahasiswa harus lebih teliti dalam melakukan pengamatan





































DAFTAR PUSTAKA

http://manyangdeni.wordpress.com/2012/08/10/laporan-praktikum-fermentasi-jerami-padi/
Blogdetik. 2009. Fermentasi Jerami Alternatif Makanan Sapi di Gunung Kidul. http://dakwah.blogdetik.com/2009/06/04/fermantasi-jerami-alternatif-makanan-sapi-di-gunungkidul/
Blogspot. 2010. Fermentasi Jerami Sebagai Pakan Ternak. http://penyuluhngajum .blogspot.com/2010/08/fermentasi-jerami-sebagai-pakan-ternak_26.htm
Google. TT. Fermentasi Jerami Padi Yang Baik. http://www. google. co. id/ search?q=ciri-ciri+fermentasi+jerami+ padi+yang +baik &ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&channel=fflb
Litbang Sumbar. TT. Fermentasi Jerami Untuk Pakan Sapi. http://sumbar .litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=192:fermentasi-jerami-untuk-pakan-sapi&catid=1:info-teknologi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar